12 April 2008

DUNIA ISLAM DI TENGAH KONTROVERSI FILM FITNA

Focus Grup Discussion (FGD)
Badan Kooordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI)
Nanggroe Aceh Darussalam
Aula Insan Cita HMI, Jum’at, 11 April 2008 Pukul 20.30- 23.30 WIB


Menyikapi tayangan Film Fitna berdurasi lebih kurang 15 menit yang diproduksi oleh Geert Wilders yang nota benenya anggota parlemen belanda, maka kami Badko HMI menggelar Diskusi seputar isi dan maksud dari flm tersebut serta mencari solusi bagaimana seharusnya ummat islam menyikapi isi film tersebut.

Diskusi mingguan Badko HMI di selenggarakan pada Jum’at malam 11 April 2008 pukul 20.30 sampai selesai di Aula Insan Cita HMI, diskusi juga di rangkai dengan nonton bareng film fitna berdurasi 15 menit. Peserta diskusi Pengurus Badko HMI Aceh, pengurus Cabang dan anggota komisariat serta aktifis islam dari berbagai organisasi Mahasiswa dan Pemuda.

Nara sumber pada acara tersebut adalah ANDITO; Direktur MAULA (Eksekutif Masyarakat Universal Lintas Agama) Jakarta. Dalam diskusi tersebut Andito menyampaikan bahwa tayangan film Fitna di situs Youtube telah merobek kembali hubungan antar komunitas beragama yang seharusnya bisa berjalan dengan penuh saling pengertian. Padahal masih banyak agenda kemanusiaan yang bisa dijadikan titik temu kerjasama antar ummat beragama dari pada menguliti agama lain dengan tatapan syakwa sangka.

Fitna menurut andito hanyalah secuil tampilan islam di domain public. Ia sekedar menyuguhkan Islam versi wahabiyah/wahabisme yang puritan, materialis simbolis, rasis terhadap perempuan, dan anti spiritual. Dan itu benar. Oleh karena itu ia berharap bahwa fitna jangan di tanggapi secara berlebihan, karena bila ditanggapi dengan berlebihan Wilders akan semakin terkenal dan itu yang di inginkan Wilders.

Ketua Umum BADKO HMI Aceh mengecam tindakan Wilders yang telah menimbulkan kemarahan ummat Islam di seluruh dunia, bahkan fitna juga telah menyulut kebencian antar ummat beragama. Wilders itu ateis. Karena semua agama mengajarkan ummatnya untuk tidak melakukan penghinaan segala bentuk agama dan keyakinan untuk alasan apa pun. Oleh sebab itu kami berharap kepada ummat Islam untuk tidak melakukan aksi-aksi yang berlebihan, apalagi dengan melakukan aksi-aksi anarkis, pengrusakan apalagi sweeping terhadap warga Negara Belanda, karena ini pelakunya adalah oknum, jadi jangan kita generalkan. Kalo kita membalas dengan cara-cara yang anarkis maka yang di tuduhkan Wilders menjadi benar. Wilders telah berhasil memancing kemarahan seluruh ummat Islam dan menimbulkan kontroversi dikalangan ummat Islam sendiri dalam menyikapi penayangan flm tersebut. Semoga Wilders di beri hidayah oleh Allah untuk menemukan Islam yang damai dan Islam yang rahmatallila’lamin sehingga merubah cara berfikirnya dan kebenciannya kepada Islam yang berlebihan, seperti Umar bin Khatab saat memperoleh hidayah, yang sebelumnya sangat membenci Islam tetapi berubah menjadi pembela Islam sejati.

Wilders sudah mengkaji beberapa ayat-ayat Al-Qur’an walaupun masih sepenggal-sepenggal dan salah memahaminya, lalu bagaimana dengan kita sebagai ummat Islam yang katanya cinta Islam dan Al-Qur’an???.

05 April 2008

PERAN DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN DAN PENDIDIKAN DAYAH TERHADAP EKSISTENSI DAYAH DI ACEH

Focus Grup Discussion (FGD)
Badan Kooordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI)
Nanggroe Aceh Darussalam

Aula Insan Cita HMI, Jum’at, 04 April 2008 Pukul 17.00- 18.30 WIB

Drs.Bustami Usman, SH, MSi (Kepala Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah Aceh) yang menjadi nara sumber pada acara diskusi dimaksud menyampaikan bahwa Badan pembinaan dan pendidikan dayah adalah badan baru di Aceh bahkan di Indonesia, karena badan ini hanya ada di Aceh dan dibentuk berdasarkan Qanun no 5 pemerintahan Aceh. Kehadiran lembaga ini di sambut dengan sangat senang oleh abu-abu dayah, karena dayah selama ini terjadi marginalisasi, baik marjinalisasi fungsional, dimana dayah terkesan masih sangat tradisional maupun marjinalisasi Struktural, dimana dayah kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Oleh karenanya pemerintahan baru Irwandi-Nazar mencoba memberi perhatian lebih banyak kepada Dayah-dayah di Aceh., Begitupun Badan ini sebagai lembaga baru tentunya memiliki banyak tantangan salah satunya belum terbentuknya lembaga ini di tingkat Kabupaten/kota sehingga harus bekerja keseluruh kabupaten/kota.

Badan ini nantinya akan bekerja secara maksimal untuk meningkatkan mutu dan kualitas dayah, badan ini akan membantu dayah-dayah di aceh sesuai kebutuhan dayah setempat, baik prasarana, kurikulum dayah, membantu merubah menejemen dayah dan peningkatan kualitas santri serta memberdayakan dayah sesuai dengan letak geografis dayah, untuk dayah yang dekat dengan pantai akan diberdayakan sector perikanan, untuk dayah yang letaknya di daerah pegunungan akan diberdayakan sektor pertanian dan perkebunan, kesemuanya dilakukan untuk mencipatakan kemandirian ekonomi dayah. Menyangkut banyaknya dayah di Aceh badan ini sudah membentuk tim verifikasi dayah-dayah yang berhak untuk dibantu nantinya, sedangkan kriteria dayah-dayah yang akan mendapatkan bantuan dan pembinaan masih dalam pembahasan di internal badan tersebut.

Ketua Umum Badko HMI Aceh Amiruzzahri dalam diskusi tersebut menyampaikan Bahwa keberadadaan Badan pemberdayaan dan pembinaan dayah harus mampu mendorong dayah untuk lebih berkembang, Dayah harus membuka diri dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi, dayah di Aceh harus punya keberanian merubah menejemen pengelolaannya menyesuaikan dengan pola menejemen modern tanpa harus merubah tradisi yang telah turun temurun berlaku didayah. Kita bisa melihat contoh dayah/pesantren di aceh yang telah menerapkan menejemen modern sampai sekarang masih menempati posisi yang diminati oleh calon santri, akan tetapi dayah-dayah yang menggunakan menejemen tradisional lambat laun semakin tenggelam bahkan tidak lagi diminati oleh santri. Kami berharap keberadaan badan dayah ini mampu menjembatani berbagai persoalan yang mnyebabkan dayah menjadi stagnan. Karena ketika terjadinya stagnasi di lembaga dayah maka secara sosial dan keagamaan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan dan kemajuan masyarakat

Di zaman kejayaan Aceh dayah telah mengambil posisi penting dan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sosial politik di Aceh. Akan tetapi akhir-akhir ini terjadi kemunduran peran dayah sebagai salah satu pilar perubahan sosial di aceh. Oleh karena itu dengan dibentuknya badan pembinaan dayah ini mudah-mudahan menjadi motivator bagi kebangkitan kembali dayah di Aceh. Selanjutnya anggaran sebesar 129 miliyar yang sedang di bahas di DPRA untuk membantu dayah-dayah di Aceh mudah-mudahan bisa di salurkan tepat sasaran dan kriteria yang benar, agar tidak menimbulkan kecemburuan dan tanda tanya antar sesama dayah. Oleh karenanya badan dayah perlu merumuskan kriteria yang tepat dan mekanisme yang benar dalam penyalurannya.

Peserta diskusi yang hadir juga mengharapkan agar Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah agar bekerja maksimal dan program-program dari Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah ini tidak tumpah tindik dengan Dinas Syariat Islam serta program-program yang akan dicanangkan oleh Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah tidak menimbulkan konflik baru dengan dayah.

Demikian Laporan hasil Focus Grup Discussion Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI) Nanggroe Aceh Darussalam, sebagai sebuah bahan masukan bagi perbaikan kinerja Badan Pembinaan dan Pendidikan Dayah Nanggroe Aceh Darussalam.