09 Oktober 2007

HARI-HARI TERAKHIR RAMADHAN

Oleh : AMIRUZZAHRI


Tema ini kami angkat dari dari sebuah tema kecil dalam buku yang ditulis oleh Dr.A’id Al-Qarni, MA yang berjudul Ramadhan Agar Puasa Tak Sekedar Lapar dan Dahaga. Menurut kami tema ini relevan untuk kita angkat, mengingat kita sedang berada pada saat-saat akan berpisah dengan sang tamu Allah yang mulia dan sangat agung yakni ramadhan.
Bagaimana seharusnya melepas kepergian ramadhan?.
Marilah kita lihat contoh kecil dalam kehidupan kita sehari-hari dalam hal menyambut dan melepaskan kepergian tamu bila kita kedatangan tamu di rumah. Sikap kita sebagai tuan rumah tentunya beragam, ada yang menyambut kehadiran tamu dengan wajah dan perasaan biasa-biasa saja, ada tamu yang kita sambut dengan raut wajah dan perasaan yang terpaksa dan ada pula kedatangan tamu yang kita sambut dengan penuh kegembiraan dan penuh kerinduan. Kesan dalam menyambut kedatangan tamu juga menentukan bagaimana sang tuan rumah melepas kepergian tamunya.
Dalam hal menyambut dan melepaskan kepergian tamu agung yang bernama ramdhan kami fikir tidak jauh-jauh bedanya dari bagaimana cara kita menyambut kerabat dan handaitolan yang bertamu kerumah.Ada sebagian hamba Allah yang menyambut kedatangan ramadhan biasa-biasa saja karena dianggap tamu agung ini sudah tidak asing lagi kerana kedatangannya setiap setahun sekali artinya tamu ini tidak perlu disambut dengan perlakuan istimewa biar pun setahun sekali namun setiap tahun bulan ini tetap akan datang maka hamba tersebut melepas kepergiannya juga dengan cara-cara biasa-biasa saja pula. Ada lagi Hamba Allah yang menyambut tamu agung ini dengan cara cuek aliyas no peremen spay ( hana peremeun sapu/tidak perduli apa-apa ) artinya dia tidak mau ambil pusing dengan kedatangan tamu agung ini, malah dia tidak peduli sama sekali sibuk dengan rutinitasnya sehari-hari. Tapi tidak bagi hamba Allah yang paham akan keagungan tamu Allah ini, mereka akan menyambutnya dengan segenap perasaan kerinduan dan penuh penantian akan kehadirannya, hamba Allah yang seperti akan meninggalkan segenap rutinitas dan semua kesibukannya demi menghargai dan menyambut kedatangan tamu yang ditunggu-tunggunya selama sebelas bulan, karena dia paham bahwa tamu agungnya ini bukan sembarangan tamu dan tidak sedikitpun menambah beban baginya malah kehadirannya membawa berjuta rahmat dan berkah serta keuntungan yang tidak ternilai oleh dunia dan seisinya.
Dalam kitab Fadhail Amal diceritakan bahwa apabila ramadhan akan berakhir atau saat terakhir tamu Allah ini akan meninggalkan kita semua, maka langit dan bumi beserta isinya menangis melepas kepergian ramadhan yang mulia, hanya saja manusia tidak bisa memahami dan mendengar tangisan dan kesedihan ciptaan Allah tersebut dengan panca indera kita. Ada dua hal yang menyebabkan mereka menangisi kepergian ramdhan,pertama : mereka menangisi kepergian ramadhan karena terharu dan bahagia bahwa dengan kedatangan ramdhan ummat Muhammad SAW menjadi manusia yang kembali kepada fitrah, bersih dari noda dan dosa serta terbebas dari azab api neraka. Kedua: mereka menangis karena setelah tamu allah kembali kepadanya maka manusia kembali berbuat kemaksiatan, bergelimang dengan dosa-dosa, berlaku sombong dan melampaui batas diatas permukaan bumi allah, asbab inilah maka bumi menangisi kepergian bulan yang penuh rahmat, ampunan dan ittiqum minnar ini.

Kalaulah langit dan bumi beserta isinya semua menangisi kepergian ramadhan, lalu bagaimana dengan kita yang seharusnya derai air mata lebih banyak kita tumpahkan saat-saat akan berpisah dengan ramadhan. Namun sayang beribu sayang kita belum sampai kesana kepahaman kita akan keagungan ramadhan sehingga benarlah dalam hadist yang sabdakan junjungan kita baginda Rasulullah SAW “ Seandainya ummatku paham akan keagungan puasa Ramadhan, sungguh mereka akan meminta semua bulan dalam setahun menjadi bulan puasa” asbab kita tak pahamlah sehingga saat kita berada di penghujung ramadhan kita disibukkan dengan hal yang bersifat keduniwian, konsentrasi tidak lagi pada ibadah akan tetapi hari-hari terakhir ramadhan kita disibukkan dengan persiapan menghadapi idul fitri, sehingga pasar-pasar tempat perbelanjaan pakaian dan aneka kue-kue lebaran penuh sesak, sementara mesjid-mesjid menjadi sepi baik siang maupun malam. Padahal Nabi menuntun kita untuk mengikat ikat pinggang sekuat-kuat nya dan menghabiskan masa sepuluh akhir ramadhan dengan beri’tikaf di dalam mesjid.
Dr. Aid Al-Qarni dalam bukunya Ramadhan agar tak Sekedar lapar dan Dahaga berpesan bahwa sesungguhnya, segala amal ditentukan oleh akhirnya. Segeralah berupaya untuk membebaskan diri dalam malam-malam terakhir ini, perbanyaklah bershalawat kepada Nabiyullah Al-Musthafa SAW, perbanyaklah taubat dan istiqfar, lalu bersegeralah beramal baik.
Ibnu Rajab Rahmatullah A’laih mengatakan, diriwayatkan dari abu Hurairah r.a. ia menuturkan “ Ghibah itu merobek puasa dan istiqhfar menambalnya. Siapa diantara kalian yang mampu datang dengan membawa puasa yang tambal, maka lakukanlah “.
Umar bin Abdul Azis Rahmatullah A’laih menulis kepada wali negeri-negeri untuk memerintahkan mereka supaya menutup bulan ramadhan dengan istiqhfar dan zakat fitrah.
Siapa tahu, bisa jadi dosa besar yang telah kita perbuat hanya bisa diampuni pada malam-malam tersebut, bergegaslah untuk membebaskan diri kita, angkatlah kedua tangan kepada Allah Azza Wajalla, karena kita tidak tahu, boleh jadi, bulan ramadhan tidak akan datang lagi kepada kita.
Setiap kita bersalah dan berdosa, setiap kita fakir dan miskin, setiap kita lemah dan kekurangan.kita khawatir amal-amal kita dirasuki rasa riya’ dan sum’ahsehingga Allah menolaknya sejak pertama dan terakhir.
Mahasuci Allah yang membentangkan neraca keadilan bagi orang-orang adil, mahasuci Zat yang menebar penerimaan bagi orang-orang yang diterima; Mahasuci Zat yang telah membukakan pintu taubat bagi orang-orang yang bertaubat. Dengan kebijaksanaannya, ada orang yang diterima dan ditolak, ada yang bahagia dan celaka, adapula orang yang bertaubat dan berkhianat. Kami mohon kepada zat yang di tangannya kunci-kunci hati, semoga dia buka hati kita semua. Agar dia membebaskan kita dari neraka, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang diterima shalat,shaum,zikir, dan tahajud serta bacaan Al-Qur’annya.
Betapa gembiranya jika amal kita diterima, sehingga kita bisa keluar pada hari raya dengan rasa gembira,senang,suka ria dan bercahaya. Sebaliknya, betapa sedihnya jika amal kita ditolak, yang menyebabkan kita meninggalkan bulan ini dalam kebinasaan, kekecewaan, keletihan dan penyesalan.
Ya Allah terimalah apa yang terbaik dari apa yang kami kerjakan, hapuslah dosa-dosa kami, bersama para penghuni surga. Suatu janji yang benar yang dijanjikan kepada mereka.
Selamat tinggal wahai bulan shaum dan shalat, selamat tinggal hari-hari yang indah, yang kami lalui dengan berzikir dan tilawah Al-Qur’an. Kita tidak tahu, apakah seluruh amal kita di bulan ramadhan diterima, ataukah tidak? Wallahu A’lam Bisshawab.


Penulis adalah Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI) Nanggroe Aceh Darussalam 2006-2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kirimkan Komentar, kesan dan pesan anda untuk memjadi bahan agar situs ini makin baik kedepan...